Kenutuhan tenaga rekam medis sangat banyak
Kebutuhan Tenaga Rekam Medis
Elisa Garmelia menyampaikan, Indonesia membutuhkan lebih dari 10.000 tenaga rekam medis untuk rumah sakit. Saat ini, Indonesia hanya memiliki sekitar 4.000 tenaga rekam medis lulusan D3 Profesi Rekam Medis. “Sungguh sangat jauh untuk memenuhi kebutuhan di unit ini,” ujarnya.
Dijelaskan Elisa Garmelia, 4.000-an lulusan D3 Profesi Rekam Medis merupakan jumlah total sejak tahun 1994 dari berbagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi rekam medis. Di Indonesia, perguruan tinggi rekam media terbanyak di pulau Jawa. “Kalimantan hanya punya satu perguruan tinggi, yakni di Kalsel, Sulawesi juga satu, Papua tidak ada,” urainya.
Dengan adanya Pormiki sebagai wadah tenaga di unit rekam medis rumah sakit, Elisa Garmelia berharap DPD Pormiki setiap daerah bisa memperkenalkan dan menjelaskan pendidikan ini. Bahwa sangat dibutuhkan lulusan untuk mengisi tenaga di rekam medis.
Diakui oleh Elisa Garmelia, saat ini rumah sakit rata-rata menggunakan tenaga lulusan dari sekolah tingkat atas. “Termasuk juga Kalbar yang hanya memiliki lulusan D3 Profesi Rekam Medis sebanyak 21 orang,” ujarnya.
Indonesia membutuhkan sangat banyak untuk tenaga rekam medis. “Perhitungannya, kalau satu rumah sakit menggunakan tenaga sebanyak 10 orang, otomatis Indonesia membutuhkan 10 ribu lebih. Bahkan, kalau rumah sakitnya besar, lebih dari sepuluh tenaga yang ditempatkan di unit ini,” terang Elisa Garmelia.
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Kota Malang teryata belum memiliki tenaga rekam medik. Padahal, kebutuhan tenaga itu sudah mendesak.
Tanpa tenaga rekam medik, target sertifikasi empat puskesmas sulit tercapai.
Selain itu, tenaga rekam medik juga penting dalam pelayanan profesional kepada masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Asih Tri Rachmi mengatakan, untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya akan merekrut 14 tenaga rekam medik pada tahun anggaran 2016.
Sebagian dari mereka akan disebar di Pukesmas yang ada. Satu Puskesmas mendapat jatah satu tenaga. Sisanya akan bekerja di instasi kesehatan lain.
"Kami masih berproses (akreditasi)," kata Asih kepada suryamalang.com, Sabtu (9/1/2016).
Keberadaan tenaga medik menjadi sarat mutlak supaya puskesmas terakreditasi. Apabila sudah terakreditasi, kata Asih, tingkat pelayanan di sana bisa dipertanggungjawabkan.
Selain tenaga bidang itu, dinkes juga akan merekrut 14 orang tenaga promosi kesehatan. Saat ini, Dinkes baru memiliki sekitar 10 orang tenaga. Mereka nantinya akan berfokus pada promosi kesehatan dan penyuluhan ke masyarakat.
"Mereka akan diamanati untuk kegiatan bidang kesehatan pada sisi promosi. Artinya, kita lebih meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak jatuh sakit. Tugas mereka seperti itu," tambahnya.
Ia mengakui, selama ini fungsi tenaga bidang promosi belum optimal. Pasalnya, mereka tidak berfokus berfokus pada satu bidang karena harus merangkap tugas lain.
"Coba bayangkan, ya. Di Kota Malang posyandu ada 653. Dan mereka minta selau di dampimngi puskesmas. Padahal, petugas kita cuma 10-an," ujarnya.
Diharapkan, dengan rencana penambahan 14 tenaga promosi kesehatan itu, penyuluhan bisa langsung menyasar ke masyarakat. Tidak hanya berhenti di tingkat pukesmas atau posyandu.
Selain dua jenis tenaga itu, Dinkes juga membuka rekrutmen tujuh tenaga bidang lain, yakni dua dokter umum, satu dokter gigi, tujuh apoteker, dua administrasi dan akreditasi dan perizinan kesehatan, dua adminstrasi kesehatan ibu dan anak, dua adiminstrasi keuangan, dan lima perawat.
Tes rekrutmen dilakukan pada 19 Januari nanti. Pengumauman hasil tes disampaikan 22 Januari 2016. Sementara empat hari setelahnya, proses wawancara akan digelar. Nantinya, para tenaga kesehatan itu akan dikontrak selama 11 bulan.
Asih mengaku tak hafal besaran anggaran yang disiapkan perekrutan tersebut. Yang jelas, anggaran akan terpecah pada biaya operasional di Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Puskesmas dan Pemkot. "Anggaran sesuai kebutuhan saja," ujarnya.
Elisa Garmelia menyampaikan, Indonesia membutuhkan lebih dari 10.000 tenaga rekam medis untuk rumah sakit. Saat ini, Indonesia hanya memiliki sekitar 4.000 tenaga rekam medis lulusan D3 Profesi Rekam Medis. “Sungguh sangat jauh untuk memenuhi kebutuhan di unit ini,” ujarnya.
Dijelaskan Elisa Garmelia, 4.000-an lulusan D3 Profesi Rekam Medis merupakan jumlah total sejak tahun 1994 dari berbagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi rekam medis. Di Indonesia, perguruan tinggi rekam media terbanyak di pulau Jawa. “Kalimantan hanya punya satu perguruan tinggi, yakni di Kalsel, Sulawesi juga satu, Papua tidak ada,” urainya.
Dengan adanya Pormiki sebagai wadah tenaga di unit rekam medis rumah sakit, Elisa Garmelia berharap DPD Pormiki setiap daerah bisa memperkenalkan dan menjelaskan pendidikan ini. Bahwa sangat dibutuhkan lulusan untuk mengisi tenaga di rekam medis.
Diakui oleh Elisa Garmelia, saat ini rumah sakit rata-rata menggunakan tenaga lulusan dari sekolah tingkat atas. “Termasuk juga Kalbar yang hanya memiliki lulusan D3 Profesi Rekam Medis sebanyak 21 orang,” ujarnya.
Indonesia membutuhkan sangat banyak untuk tenaga rekam medis. “Perhitungannya, kalau satu rumah sakit menggunakan tenaga sebanyak 10 orang, otomatis Indonesia membutuhkan 10 ribu lebih. Bahkan, kalau rumah sakitnya besar, lebih dari sepuluh tenaga yang ditempatkan di unit ini,” terang Elisa Garmelia.
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Kota Malang teryata belum memiliki tenaga rekam medik. Padahal, kebutuhan tenaga itu sudah mendesak.
Tanpa tenaga rekam medik, target sertifikasi empat puskesmas sulit tercapai.
Selain itu, tenaga rekam medik juga penting dalam pelayanan profesional kepada masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang Asih Tri Rachmi mengatakan, untuk mengatasi masalah tersebut, pihaknya akan merekrut 14 tenaga rekam medik pada tahun anggaran 2016.
Sebagian dari mereka akan disebar di Pukesmas yang ada. Satu Puskesmas mendapat jatah satu tenaga. Sisanya akan bekerja di instasi kesehatan lain.
"Kami masih berproses (akreditasi)," kata Asih kepada suryamalang.com, Sabtu (9/1/2016).
Keberadaan tenaga medik menjadi sarat mutlak supaya puskesmas terakreditasi. Apabila sudah terakreditasi, kata Asih, tingkat pelayanan di sana bisa dipertanggungjawabkan.
Selain tenaga bidang itu, dinkes juga akan merekrut 14 orang tenaga promosi kesehatan. Saat ini, Dinkes baru memiliki sekitar 10 orang tenaga. Mereka nantinya akan berfokus pada promosi kesehatan dan penyuluhan ke masyarakat.
"Mereka akan diamanati untuk kegiatan bidang kesehatan pada sisi promosi. Artinya, kita lebih meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak jatuh sakit. Tugas mereka seperti itu," tambahnya.
Ia mengakui, selama ini fungsi tenaga bidang promosi belum optimal. Pasalnya, mereka tidak berfokus berfokus pada satu bidang karena harus merangkap tugas lain.
"Coba bayangkan, ya. Di Kota Malang posyandu ada 653. Dan mereka minta selau di dampimngi puskesmas. Padahal, petugas kita cuma 10-an," ujarnya.
Diharapkan, dengan rencana penambahan 14 tenaga promosi kesehatan itu, penyuluhan bisa langsung menyasar ke masyarakat. Tidak hanya berhenti di tingkat pukesmas atau posyandu.
Selain dua jenis tenaga itu, Dinkes juga membuka rekrutmen tujuh tenaga bidang lain, yakni dua dokter umum, satu dokter gigi, tujuh apoteker, dua administrasi dan akreditasi dan perizinan kesehatan, dua adminstrasi kesehatan ibu dan anak, dua adiminstrasi keuangan, dan lima perawat.
Tes rekrutmen dilakukan pada 19 Januari nanti. Pengumauman hasil tes disampaikan 22 Januari 2016. Sementara empat hari setelahnya, proses wawancara akan digelar. Nantinya, para tenaga kesehatan itu akan dikontrak selama 11 bulan.
Asih mengaku tak hafal besaran anggaran yang disiapkan perekrutan tersebut. Yang jelas, anggaran akan terpecah pada biaya operasional di Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Puskesmas dan Pemkot. "Anggaran sesuai kebutuhan saja," ujarnya.
Komentar
Posting Komentar